Penerapan Kurikulum 2013 Revisi 2019 Di Sekolah Menengah Atas

Kurikulum 2013 revisi 2019 merupakan penyempurnan sistem pendidikan sebelumnya. Penyempurnaan sistem pendidikan sejalan dengan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, seni, dan sosial.

Kurikulum 2013 (K13) menekankan pendekatan belajar yang aktif. Baik tenaga pendidik maupun peserta didik dituntut untuk aktif. Keluaran yang diharapkan dari sistem ini adalah munculnya generasi berkarakter.

Namun perubahan tersebut tidak bersambut dengan baik dalam implementasinya. Beberapa sekolah kesulitan menerapkan sistem belajar K13. Hal ini kurangnya kesiapan pemerintah dalam penyediaan fasilitas.

Penerapan K13 paling terasa signifinikan dijenjang SMA. Apa saja perubahan terbaru kurikulum 2013 revisi 2019 di SMA? Berikut ini informasi lengkapnya. 

Poin Revisi Terbaru Kurikulum 2013 Revisi 2019 di SMA

Kurikulum 2013 muncul seiring dengan harapan peningkatan pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan lama atau KTSP dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. 

Berikut ini poin perubahan di kurikulum 2013 di SMA,

1. Adanya penilaian kompetensi spiritual dan sosial

Pada sistem penilaian KTSP penilaian pengetahuan dan sikap menjadi poin penting dalam hasil belajar siswa. Hal ini berubah dalam struktur terbaru K13.

KTSP

Dimana guru wajib memberikan penilaian kompetensi spiritual dan sosial pada siswa. Terutama mata pelajaran Agama dan PPKN. Tujuannya tentu saja kembali pada pembentukan karakter peserta didik. 

2. Kesesuaian kompetensi inti

Kemunculan penilaian komptensi spiritual dan sosial sejalan dengan mmunculnya kompetensi inti. Dengan sejalannya kedua hal tersebut memberikan kemudahan untuk guru fokus dalam penguasaan materi.

Guru dapat mengajar sesuai bidang mereka. Namun tetap dengan menyisipkan karakter-karakter yang ditetapkan di kurikulum terbaru

3. Tersedia ruang kreatif untuk guru dan siswa

Dalam K13 guru dan siswa diberikan ruang yang fleksibel dalam belajar. Hal ini untuk mendorong kreatifitas guru dan siswa. Guru dalam hal ini diizinkan untuk menggunakan berbagai metode pendekatan pada peserta didik.

Kurikulum 2013 Revisi 2019

Sementara siswa dibebaskan belajar dari media mana saja. Salah satu program K13 adalah mendorong siswa agar kritis. Salah satu pendekatan belajar yang cocok untuk meningkatkan sikap kritis siswa adalah diskusi kelompok.

4. Adanya jenjang kemampuan peserta didik setiap tingkat sekolah

Pemerintah menekankan perbedaan keluaran hasil belajar untuk setiap jenjang pendidikan. Caranya dengan membatasi capaian disetiap jenjang. 

Pada jenjang SD capaian belajar berupa pemahaman peserta didik. Jenjang SMP peserta didik sudah harus mampu menerapkan dan menelaah. Sementara dijenjang SMA peserta didik harus mampu menciptakan.

Kurikulum 2013 Revisi 2019

Jika melihat poin revisi tersebut, tentu harapan akan terbentuknya sistem belajar yang baik semakin tinggi. Namun dalam setiap sistem belajar yang digunakan akan selalu ada keunggulan dan kelemahannya. 

Keduanya tentu harus disikapi dengan semestinya oleh pelaksana K13. Berikut ini kelebihan dan kelemahan kurikulum 2013 revisi 2019.

Kelebihan Sistem Belajar Kurikulum 2013

Pendidikan karakter selalu menjadi poin penting dalam kurikulum terbaru. Namun apakah itu pendidikan karakter? Bagaimana pendidikan karakter dapat menghasilkan generasi yang hebat? Berikut ini informasinya.

1. Mendorong munculnya pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan kegiatan belajar dengan menyisipi nilai-nilai sosial pada peserta didik. Pembentukan karakter sebenarnya sudah ada dari kurikulum sebelumnya.

Namun pada kurikulum lama hanya diberlakukan khusus untuk mata pelajaran sosial. Hal ini berbeda dengan sistem K13 yang mewajibkan semua mata pelajaran menyisipi pendidikan karakter.

2. Terbentuk guru dan siswa yang aktif, kreatif, dan kritis

Pada kurikulum terbaru, guru diperbolehkan menggunakan jenis pendekatan lain selain 5M. Dengan begitu guru didorong untuk mampu kreatif dan aktif saat proses pembelajaran.

Sementara siswa juga diberikan ruang untuk belajar darimana saja. Guru sebagai fasilitator hanya bertugas membantu mengarahkan siswa. Learning style diharapkan dapat mendorong terbentuknya peserta didik yang kritis.

3. Siswa responsive terhadap masalah sosial

Kelebihan lain yang dimiliki kurikulum 2013 revisi 2019 adalah memungkinkan siswa responsive terhadap masalah sosial. Saat belajar, siswa akan diminta mandiri dalam menyelesaikan masalah.

Masalah tersebut dapat berupa fenomena sosial ditingkat lokasl. Daerah, mapun nasional. Siswa dapat bertanya pada guru jika mengalami kesulitan mengatasi masalah. 

4. Penilaian siswa tidak hanya pengetahuan

Sistem penilaian menjadi lebih komplit dan tidak hanya berdasarkan kecerdasan intelektual saja. Penilaian sikap spiritual dan sosial juga menjadi poin penting hasil belajar.

K13

Dengan memunculkan penilaian sikap, diharapkan peserta didik lahir tidak hanya sebagai generasi cerdas. Namun juga generasi cerdas yang berkarakter. 

5. Meningkatkan kretifitas guru

Guru juga berperan penting demi terwujudnya pelaksaan kurikulum 2013. Sebagai fasilitator dalam belajar, guru dituntut untuk kreatif memberikan ilmu.

Guru harus mampu menghidupkan suasana kelas yang bersemangat. Disini murid tidak hanya sebagai karakter yang pasif, namun harus dipicu untuk aktif saat belajar. 

6. Ketersedian sarana dan prasana

Berlakunya kurikulum baru diiringi dengan ketersediaan sarana dan prasana penunjang belajar. Hal ini tentu sangat menguntungkan untuk sekolah. 

Dengan adanya sarana baru maka akan lebih mudah untuk sekolah mencapai tujuan dari K13. Sarana dan prasana dapat berupa buku, media pembelajaran, dan pendampingan bagi guru.

Namun sayangnya, tidak semua hal yang diharapkan di K13 dengan mudah tercapai. Kurikulum 2013 masih memerlukan evaluasi untuk penyempurnaan. 

Apa saja kelemahan K13 sehingga menghambat capaian yang diingikan? Berikut ini informasinya.

Kelemahan Sistem Belajar Kurikulum 2013

Tentu saja setiap sistem belajar memiliki kelemahan. Terutama pada saat awal-awal masa penerapannya. Untuk itu dibutuhkan evaluasi dan revisi setiap tahun untuk peningkatan kurikulum. 

1. Kurangnya persiapan mental guru dan sekolah

Tidak dapat dipungkiri bahwa struktur K13 sangat berbeda dengan struktur KTSP. Dalam pelaksanaan dibutuhkan kesiapan pelaksana yang matang. Namun masih banyak ditemui kurangnya kesiapan guru dan sekolah melaksana sistem K13. 

K13 menekankan pada pelaksanaan yang efisien berbasis teknologi. Hal ini cukup sulit dilakukan untuk guru yang tidak melek tekologi ataupun sekolah yang kekurangan sarana pendukung. 

2. Siswa belum terbiasa dengan learning style terbaru

Khusus bagi siswa SMA, kemunculan gaya belajar yang berbeda cukup membuat terkejut. Karena ada sistem KTSP siswa bertindak pasif dalam menerima ilmu.

Kurikulum 2013

Hal ini berbeda dengan K13, dimana siswa diminta untuk mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Guru tidak dibenarkan memberikan jawaban atas permasalahan mereka. Namun guru bertindak sebagai fasilitator selama belajar.

3. Pemberian edukasi kurikulum 2013 tidak merata

Kondisi geografis Indonesia yang berbeda membuat pelaksanaan kurikulum 2013 sulit diterima. Tidak semua wilayah mendapatkan edukasi yang tepat mengenai kurikulum 2013. Khususnya daerah terpencil.

Dengan kurangnya sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan K13 membuat hasil tidak belajar tidak maksimal. Baik tenaga pendidik maupun siswa akan dibuat bingung karena kurangnya edukasi mengenai sistem kurikulum terbaru. 

Kurikulum 2013 dilahirkan sebagai bentuk keprihatinan terhadap kurangnya karakter generasi bangsa. Sejak diberlakukannya kurikulum 2013 telah mengalami beberapa kali revisi. Diantaranya terdapat kurikulum 2013 revisi 2019 yang artinya adanya penambahan/pengurangan poin di kurikulum 2013. Tentunya perubahan tersebut diperoleh setelah melakukan evaluasi dengan pelaksana.